Jelang Sea Games, Kemampuan Perusahaan Malaysia?

Oleh: Harian BeritaPagi Palembang


INILAH.COM, Palembang - Pengurus tiga cabang olahraga (cabor) akan melarang perusahaan IT asal Malaysia, WSL, konsorsium dari PT Maxxima,menangani pengerjaan IT SEA Games, jika perusahaan tersebut gagal membuktikan kemampuannya, hari ini Jumat (21/10).

"Kita akan buktikan. Bila mereka tidak mampu, kami akan menolak PT WSL dan providernya di Indonesia, PT Maxxima, masuk ke areavenue," tegas Sekjen Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Tonny Sastramiharja, saat konferensi pers di Sekretariat KONI Sumsel, Kamis (20/10).

Turut hadir dalam jumpa pers itu, Ketua Umum Pengurus Provinsi Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Ahmad Rizal, Sekretaris PASI Sumsel Zulfaini M Ropi, Ketua Harian Perbakin Sumsel Dolok Saribu, dan perwakilan dari Pelti Sumsel Amruzi Minha.

Seperti diketahui, sebelas pengurus cabor resmi mengajukan protes kepada Kemenpora dan Ina-SOC pusat pada Selasa (18/10), karena telah menunjuk pemenang pengadaan barang dan jasa untuk IT penunjang SEA Games Palembang.

Protes ini dilakukan karena perusahaan yang ditunjuk sebagai pemenang pengadaan barang dan jasa untuk IT, WSL, dinilai tidak akan mampu melakukan pengerjaanGames Management System(GMS) danGames Result System(GRS), sesuai yang diinginkan penyelenggara, yakni acara pertandingan dan perlombaan tidak dapat ditayangkan secararealtimedanonline.

Hal ini lantaran WSL bukan rekanan dari Swiss Timing Omega, perusahaan pemroduksi alat pencatat skor.

Dikatakan, dalam pertemuan dengan Kemenpora di Jakarta, pihak Kemenpora tetap pada keputusan mempertahankan pemenang tender. WSL dinilai memiliki kemampuan mengintegrasikan sistem IT milik Swiss Timing Omega.

Setelah melalui diskusi dan perdebatan yang cukup alot, akhirnya disepakati, WSL akan dipertemukan dengan sebelas Pengprov di Palembang untuk menguji kemampuan perusahan IT dari negeri jiran tersebut. "Sekarang perwakilan dari Omega Swiss Timing telah tiba di Sumsel. Besok (hari ini -red) PT Maxxima dan WSL juga akan menyusul," katanya.

Menurut Rizal, mereka telah melakukan penyelidikan terkait kredibilitas WSL. Ternyata, perusahaan tersebut memang pernah menukangi IT SEA Games Laos 2009 lalu. Namun, sistemnya masih semi manual, yang mana hasil pertandingan dicatat dulu oleh panitia pertandingan, baru kemudian di-uploadke internet.

“Sedangkan dengan sistem GRS, dalam waktu 0,5 detik hasil pertandingan dapat terintegrasi langsung ke internet dan masing-masing stasiun televisi dari berbagai negara," paparnya.

Pemprov Sumsel sendiri telah membeli tiga alat standar olimpiade untuk venue atletik, menembak, dan akuatik. Tentu saja sangat memalukan kalau alatnya berstandar olimpiade tapi sistem IT malah manual.

Bila WSL terbukti tidak mampu melakukan pengerjaan GMS dan GRS, maka tiga pengurus cabang olahraga atletik, menembak, dan akuatik akan mendatangkan perusahaan IT dari Cina, atau perusahan lain yang punya afiliasi dengan Swiss Timing Omega. "Kemenpora mesti mencoret WSL bila perusahaan tidak mampu dan mengganti dengan yang lebih layak," katanya.

Sementara itu, CEO CEO Omega/Swiss Timing Mr Christophe Berthaud, mengatakan, pihaknya juga meragukan kalau WSL mampu mengintegrasikan dengan produk yang mereka miliki. "WSL tidak termasuk dalam daftar afiliasi Swiss Timing, mereka belum pernah melakukan itu. Tidak untuk WSL," katanya.

Sayangnya tes kemampuan itu kemungkinan tidak akan berlangsung. Pasalnya, alat Swiss Timing Omega yang dipesan Ina-SOC Sumsel masih berada di Bea Cukai Jakarta. Kemungkinan dalam dua hari kedepan baru bisa tiba di Sumsel.

"Tapi itu tidak jadi masalah. Setidaknya, kita akan mempertemukan pihak Swiss Timing dan WSL. Walaupun tanpa praktek lapangan, mereka bisa berdiskusi tentang cara pengoperasian alat tersebut," pungkas Rizal.

0 comments:

Post a Comment

top