Sumber Sumatera Express |
Jumat, 08 Oktober 2010 23:44 |
Kartini Lanasari, akrab disapa Titin, salah seorang di antaranya. Hingga kemarin, ia dan rekan-rekannya belum mendapatkan kabar apakah lolos seleksi atau tidak. “Kalau memang terpilih, alhamdulillah. Seneng sekali, artinya bisa membantu menyukseskan SEA Games,” katanya ramah. Saat seleksi beberapa waktu lalu, ia membawakan tari Kipas bersama tujuh orang temannya. Gadis kelahiran Palembang, 29 April 1988 lalu, mengaku tari sudah menjadi bagian dalam hidupnya. Ia belajar tari sejak duduk di bangku taman kanak-kanak (TK). “Sekarang, saya sudah menjadi pelatih tari, merangkap peƱata busana, dan make up juga,” bebernya. Dukungan moril dan materiil dari keluarga yang membuat ia tetap eksis di dunia tari. Total, ada sekitar 15 tarian yang ia kuasai. Semua gerakannya hapal luar kepala. Seperti Serampang Dua Belas, Tanggai, Gending, Lilin Siwa, Pagar Pengantin, Gambyong, Zapin. Tak hanya dari Sumsel, tapi juga Jawa. Kalau tari modern, tak terlalu banyak yang ia kuasai. “Terpenting punya dasar tari, tidak sulit untuk menyesuaikan diri,” cetus honorer di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Palembang itu. Ia pernah melatih sekaligus 35 orang penari sewaktu Sumsel menjadi tuan rumah PON XVI 2004 lalu. Saat ini, Titin tergabung sebagai pelatih tari di Sanggar Rumah Elok. Namun, ia juga membuka sanggar sendiri di rumahnya Jl Jend A Yani, Lr Amal Rakyat, RT 22 RW 08, No 41, Kelurahan 14 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu II yang didirikannya Oktober 2009. Namanya sanggar Aura Management. Ada sekitar 17 murid yang ia bina. Titin tak sendiri, ia mempunyai asisten. Mendukung usahanya, sulung dari lima bersaudara pasangan Dra Harnani dan Juman Astri BSc Spd itu, punya koleksi busana sendiri. Untuk busana tradisional ada 10 set baju tari Gending. Sedang busana kreasi ada tujuh macam. Mengenai persiapannya menjadi asisten tari Denny Malik, ia terus mengasah kemampuan dan mencari gerakan-gerakan baru tari. Termasuk belajar kepada beberapa senior di bidang ini. Ia juga melihat, prospek profesi penari sama saja dengan profesi lainnya. “Yang penting, harus diseriusi dan tidak setengah-setengah,” imbuh Titin. Ia sendiri dengan menekuni tari sudah melanglang buana. Selain di beberapa kota besar di Indonesia juga sering tampil di luar negeri. Sebut saja ke Beijing dan Singapura. Calon asisten pelatih tari lainnya, Yeyen Anjar Watty mengaku jika seorang penari haruslah menguasai teknik, gerak olah tubuh yang dibarengi etika, dan attitude (prilaku) yang baik. “Jadi harus ramah dan sopan santun saat menari,” ujarnya. Apalagi, lanjut dia, menari merupakan pekerjaan yang mulia. Tidak bisa dilakukan asal-asalan. Saat menari, seseorang harus melakukannya dengan hati, sehingga gerakan tari mengalir dan enak disaksikan oleh penonton. “Istilahnya itu, aura dan wajah sejalan dengan gerakan yang dilakukan,” ungkapnya. Penari juga memiliki andil untuk melestarikan adat dan budaya suatu daerah yakni tari khas daerah. Pasalnya, jika tidak ada yang belajar atau melestarikannya lama-kelamaan tari daerah itu lama kelamaan akan pudar dan hilang. “Yang jelas, agar dapat menjadi penari yang baik, kita harus mempunyai kemauan untuk maju, kemudian bekerja keras,” terang gadis kelahiran 5 Oktober 1984 itu. Oleh karena itu, sambungnya, meski sudah berlatih tari selama kurang lebih 19 tahun, pertama kali saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK). Hingga sekarang ia masih terus berlatih dan mengasah kemampuan tarinya. Selain berlatih tari di sanggar tari Rumah Elok dan pariwisata binaan Geger Sentosa, ia juga kerap berlatih di rumah. Persiapan pelaksanaan SEA Games mendatang, ia terus memperbanyak refrensi gerakan tari dari sejumlah daerah lain. Pasalnya, terang Yeyen, Sumsel memiliki beragam budaya dan sejarah yang bisa diangkat menjadi gerakan tari. “Jadi tinggal lagi bagaimana kita mengatur gerakan tersebut agar menjadi padu,” jelas Yeyen. Nah, mengenai statusnya yang terpilih menjadi pelatih tari untuk acara SEA Game mendatang, Yeyen mengaku jika itu menjadi suatu tantangan sekaligus tanggung jawab besar yang harus ia emban. Tidak mudah untuk melatih penari dalam jumlah yang banyak agar menjadi padu. Namun, ia yakin berkat kerjasama yang baik termasuk dengan koreografi tari sekelas Deni Malik akan membuat pekerjaannya lebih ringan. “Saya bangga bisa bekerja sama dengan mas Deni (Deni Malik, red). Mungkin bisa menimba ilmu dan belajar lebih banyak darinya,” tukas Yeyen.(46/mg13) |
0 comments:
Post a Comment