JAMBI - Enam orangutan (pongo abelii) menjalani operasi implantasi untuk pemasangan transmiter, alat pengirim sinyal. Orangutan yang dipasang alat ini akan memberikan data distribusi bagi peneliti pada sepanjang area jelajah satwa ini dalam ekosistem Bukit Tigapuluh, Provinsi Jambi.
Menurut Manajer Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera FZS Julius Paolo Siregar, Senin (4/10/2010), Operasi pemasangan transmiter dilakukan tim dokter hewan Perth Zoo bersama Frankfurt Zoological Society (FZS), di Stasiun Reintroduksi Orangutan, Sungai Pengian, Sumay, Kabupaten Tebo, dua pekan lalu.
Ia melanjutkan, kegiatan ini merupakan langkah maju yang sangat penting bagi kegiatan reintroduksi orangutan sumatera, karena data distribusi dan perilaku satwa ini akan selalu terpantau. "Transmiter akan mempermudah pengamatan dan pengawasan orangutan, apakah orangutan yang dilepasliarkan mampu bertahan hidup di alam atau tidak," ujar Julius, di Jambi.
Keenam orangutan merupakan hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara yang berusia 6-14 tahun. setelah disita, seluruh orangutan menjalani program rehabilitasi di Jambi untuk mengembalikan kemampuan hidup di alam liar.
Adapun, kepingan transmiter yang dipasang pada bagian tengkuk orangutan berdiameter sekitar 3 centimeter dan tebal 1 cm. Setelah terpasang, transmiter secara otomatis mengirim pesan pada pukul 07.00 hingga 15.00 setiap harinya selama dua tahun.
drh Simone Diane Vitali dari Perth Zoo menambahkan sinyal yang dikeluarkan oleh transmiter tidak akan mengganggu perilaku orangutan. Semakin besar tubuh orangutan, operasi implan justru akan semakin mudah. Pascaoperasi, keenam orangutan kini menjalani tahap pengamatan atas luka bekas jahitan. Luka bekas jahitan juga masih dalam proses pemulihan. Setelah dinyatakan tidak ada permasalahan maka orangutan tersebut akan dilepasliarkan di sejumlah titik di kawasan ekosistem Bukit Tigapuluh menunggu musim buah tiba.
Primate Section Supervisor, Exotic Mammal Perth Zoo Clare Olivia Campbell menambahkan teknologi ini sangat menguntungkan dan dapat menjadi tolok ukur kesuksesan program konservasi karena memberikan informasi atas habitat orangutan sumatera.
"Implan transmiter ini bisa diterapkan pada primata lain seperti jenis gibbon. Teknologi akan terus berkembang sehingga mungkin saja akan diciptakan transmiter baru yang berukuran lebih kecil sehingga memungkinkan untuk dipasang pada primata dengan ukuran yang lebih kecil pula," ujar Clare.
FZS bekerja sama dengan Kementrian Kehutanan, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Pan Eco menjalankan program reintroduksi orangutan sumatera di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Sejak 2002, FZS telah merehabilitasi 136 ekor orangutan dan 119 ekor yang mana di antaranya telah kembali ke alam bebas.
0 comments:
Post a Comment